otomatis

mengenang wisma kalioerang

helow indonesian tourism core lovers, kali ini kita akan melaksanakan wisata yang berbeda. yaitu wisata ideologis. tempatnya adalah di kaliurang jogjakarta. Kaliurang yang secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti "Sungai Udang", adalah sebuah tempat wisata yang terletak di provinsi Yogyakarta, persisnya di Kabupaten Sleman, di perbatasan dengan provinsi Jawa Tengah. Akses menuju ke Kaliurang sangat mudah. Setidaknya dengan jalan kaki atau menumpang angkutan bus, kol (Colt), taxi, ojek atau becak (jarang yang mau), melewati Jalan Kaliurang. Jarak Kaliurang ke Yogyakarta kurang dari 1 jam perjalanan, dan ke Surakarta kurang dari 3 jam perjalanan.
Kaliurang, dulu setiap orang pasti mempunyai kesan sejuk,udaranya segar dan orang yang berkunjung kesana pasti terkenang karena pemandangan Bukit Plawangan - Turgo nan indah,tanaman bunga yang indah; ada hairbrass,pagar hijau bunga wora-wari,Gladiool,Mawar,Arkansas dan lain- lain hampir didapati di setiap villa yang terdapat di sana. Site plan begitu terperhatikan dengan baik dengan berbagai villa yang turut jadi saksi sejarah dari republik ini seperti Hotel Merapi Indah konon di tempat ini Bung Karno pernah
bersemayam beberapa hari,Pesanggrahan Ngeksigondo,Wisma Kalioerang sebagai tempat pertemuan Komisi Tiga Negara (KTN) yang turut menentukan nasib Indonesia pada masa perang kemerdekaan RI. Termasuk beberapa Villa yang pernah dimiliki oleh para pendiri republik seperti Muh.Yamin,SH,Vila Dr.Soeratiman,Van Riensink.
--> Kekhawatiran tentang kawasan Kaliurang akan beralih fungsinya sebagai kawasan penyangga tampak semakin nyata sehubungan dengan perkembangan penduduk,kebutuhan instan masyarakat setempat tampak semakin nyata terlihat, seperti semakin berkurangnya kawasan hijau,pembangunan pondok wisata baru,penambangan pasir di lahan perkebunan/pekarangan penduduk yang semakin tidak terkendali kurang mendapatkan perhatian maupun pengendalian dari pemerintah setempat, sehingga mendorong semakin parahnya kerusakan lingkungan yang ada di Kawasan itu.

saat itu saya bersama kawan saya dari Blitar ada undangan seminar kebangsaan di universitas gajahmada jogjakarta. banyak bahasan yang di angkat yang pada pokok bahasannya bagaimana mengawal sekaligus menerapakan Pancasila dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. diskusi demi diskusi kami lalui. bersama kawan-kawan dari seluruh jawa, ada dari malang, blitar, jakarta, pandeglang, kediri, serang, banten, jogja, solo dll. Hingga ke esokan harinya, kami di ajak kawan-kawan dari jogja untuk berdiskusi di wisma kalioerang, ya benar, wisma kalioerang. satu hal yang menjadi ketertarikan saya pada tempat ini adalah sosok Soekarno presiden RI I yang kala itu membuka kongres besar di sini. kembali mengingatkan pada sejarah serta memberikan gairah baru dalam berwisata ideologis. Apa yang disampaikan seyogyanya menjadi bahan pemikiran kita semua, khususnya bagi para mahasiswa karena pidato kongres tersebut untuk kalangan tersebut. namun tidak menutup kemungkinan masyarakat umum turut mempelajarinya agar lebih mengenal negeri ini.

Berikut Pidato Tertulis pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959
Lenjapkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa (17-02-1959)
Terlebih dahulu saya mengucapkan selamat dengan Konferensi Besar GMNI ini. Dengan gembira saya membaca, bahwa asas tujuan GMNI adalah Marhaenisme.
Apa sebab saya gembira?
Tidak lain dan tidak bukan, karena lebih dari 30 tahun yang lalu saya juga pernah memimpin suatu gerakan rakyat—- suatu partai politik—- yang asasnya pun adalah Marhaenisme.
Bagi saya asas Marhaenisme adalah suatu asas yang paling cocok untuk gerakan rakyat di Indonesia.
Rumusannya adalah sebagai berikut:
Marhaenisme adalah asas, yang menghendaki susunan masyarakat dan Negara yang didalam segala halnya menyelamatkan kaum Marhaen.
Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum Marhaen pada umumnya.
Marhaenisme adalah dus asas dan cara perjuangan “tegelijk”, menuju kepada hilangnya kapitalisme, imprealisme dan kolonialisme.
Secara positif, maka Marhaenisme saya namakan juga sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi; karena nasionalismenya kaum Marhaen adalah nasionalisme yang sosial bewust dan karena demokrasinya kaum Marhaen adalah demokrasi yang social bewust pula.
Dan siapakah yang saya namakan kaum Marhaen itu?
Yang saya namakan Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat: yang telah dimelaratkan oleh setiap kapitalisme, imprealisme dan kolonialisme.
Kaum Marhaen ini terdiri dari tiga unsur:
Pertama : Unsur kaum proletar Indonesia (buruh)
Kedua : Unsur kaum tani melarat Indonesia, dan
Ketiga : kaum melarat Indonesia yang lain-lain.
Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis? Kaum Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot Bangsa.
Yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen itu, dan
Yang bersama-sama dengan tenaga massa Marhaen itu hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imprealisme, kolonialisme, dan
Yang bersama-sama dengan massa Marhaen itu membanting tulang untuk membangun Negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.
Pokoknya ialah, bahwa Marhaenis adalah setiap orang yang menjalankan Marhaenisme seperti yang saya jelaskan di atas tadi.Camkan benar-benar!: setiap kaum Marhaenis berjuang untuk kepentingan kaum Marhaen dan bersama-sama kaum Marhaen!
Apa sebab pengertian tentang Marhaenisme, Marhaen dan Marhaenis itu saya kemukakan kepada Konferensi Besar GMNI dewasa ini?
Karena saya tahu, bahwa dewasa ini ada banyak kesimpangsiuran tentang tafsir pengertian kata-kata Marhaenisme, Marhaen dan Marhaenis itu.
Saya harapkan mudah-mudahan kata sambutan saya ini saudara camkan dengan sungguh-sungguh, dan saudara praktikkan sebaik-baiknya, tidak hanya dalam lingkungan dunia kecil mahasiswa, tetapi juga di dunia besar daripada massa Marhaen.
Sebab tanpa massa Marhaen, maka gerakanmu akan menjadi steril!
Karena itu:
Lenyapkan sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa!
Nyalakan terus obor kesetiaan terhadap kaum Marhaen!
Agar semangat Marhaenisme bernyala-nyala murni!
Dan agar yang tidak murni terbakar mati!
Sekian dulu, dan sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Konferensi
Besar GMNI, dan mudah-mudahan berhasilLah Konferensi Besar ini.
Jakarta, 17 Februari 1959
PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/
PEMIMPIN BESAR REVOLUSI
SUKARNO
BAPAK MARHAENISME


bagaimana? sangat sederhana namun mendalam bukan...? namun yang mudah bagaimana kita menjalankan pancasila. cukup dengan: berdaulat di bidang politik, berkepribadian dalam kebudayaan dan berdikari di bidang ekonomi. spakat?

cu on next indonesiancore.blogspot.com